Sabtu, 21 Juli 2012

Conscious of Unconscious Competence



Conscious of
Unconscious Competence
“If someone can be conscious of his unconscious
competence, he will be able to utilize it to carry his
missions and achieve his goals ”
Oleh: Jemy V. Comfido

Judul artikel ini membingungkan. Sebenarnya arti dari judul ini adalah sadar terhadap kemampuan yang tidak disadari. Setelah dijelaskan artinya pun, judul ini masih agak membingungkan. Namun setelah Anda selesai membaca artikel ini nanti, saya berharap Anda akan setuju bahwa judul di atas memang harus demikian. Pada tulisan sebelumnya, saya mengajak para pembaca membahas tentang empat tingkat kesadaran seseorang dalam mempelajari suatu hal. Tingkat pertama adalah unconscious incompetence yaitu tidak menyadari ketidakmampuan. Tingkat selanjutnya adalah conscious incompetence yaitu menyadari ketidakmampuan diri. Setelah itu ada dua tingkatan lagi yaitu conscious competence atau mampu melakukan sesuatu dengan sadar dan unconscious competence atau mampu melakukan sesuatu dengan tidak sadar. Seperti telah dibahas sebelumnya, tingkat pertama merupakan tingkat yang paling sulit dilalui karena seseorang tidak sadar akan apa yang tidak dikuasainya. Ada satu tingkatan lagi yang sama sulitnya dan bisa jadi lebih sulit untuk dilalui yaitu conscious of unconscious competence atau menyadari suatu kemampuan yang selama ini tidak disadari. Nah, marilah kita sejenak melupakan istilah-istilah yang bikin pusing ini dan membahas sesuatu yang jenaka.


Bila Anda pernah menonton film Kungfu Panda, di sana dikisahkan seekor panda lucu dan gemar makan bernama Po yang sangat ingin belajar kungfu. Alih-alih menyaksikan kontes para jagoan, Po malah didaulat menjadi Pendekar Naga yang akan menjadi pendekar tanpa tanding. Pada tahap awal berlatih, Po membuat gurunya, master Shifu, patah arang. Sampai akhirnya
Shifu menemukan cara untuk memotivasi Po berlatih yaitu dengan menggunakan makanan-makanan kesukaan Po. Akhirnya Po pun bisa berlatih dan menjadi pendekar hebat. Namun, untuk bisa menjadi Pendekar Naga dan mengalahkan Tai Lung, seekor harimau yang berbahaya, Po harus mempelajari sebuah naskah keramat yang diyakini berisi jurus pamungkas yang maha
dahsyat. Alangkah terkejutnya Po dan Shifu karena ternyata naskah tersebut tidak berisi apa-apa selain bagian mengkilap yang membuat Po bisa melihat bayangannya sendiri. Setelah tertegun beberapa saat dan cukup lama kebingungan, Po akhirnya menyadari bahwa naskah itu
ingin menyadarkan dirinya bahwa ada suatu kelebihan dalam diri Po yang bias membuatnya menjadi Pendekar Naga.

Kelebihan tersebut adalah tubuh Po yang gemuk dan terlihat lamban ternyata sangat kenyal sehingga bisa menyerap energy yang menghantamnya dan sekaligus mengembalikan energi tersebut menjadi sebuah serangan balik yang tak bias dihindari. Akhirnya, dengan menggunakan kelebihannya ini, Po bisa mengalahkan Tai Lung yang perkasa. Tahapan dimana Po menyadari keunggulan dirinya yang bisa digunakan untuk menghadapi Tai Lung adalah tahapan dimana ia mencapai conscious of unconscious competence. Pada tahap ini, sesuatu yang selama ini dianggap tidak bernilai atau bahkan merupakan batu sandungan, ternyata kemudian disadari bahwa hal tersebut merupakan keunggulan yang tidak bisa ditandingi. Tantangannya buat kita semua adalah bagaimana menemukan keunggulan yang selama ini tidak kita sadari sehingga akhirnya bisa kita ubah menjadi keuntungan bagi kita? Langkah pertama untuk menemukan kemampuan atau kelebihan yang tidak kita sadari adalah senantiasa meyakinkan diri kita sendiri bahwa kita memiliki keunggulan yang selama ini tidak kita sadari. Hal ini sama seperti halnya naskah keramat yang dibaca Po. Naskah tersebut menyarankan agar Po percaya bahwa ia memiliki keunggulan unik yang tidak dimiliki oleh pendekar lain. Tanpa keyakinan seperti ini, maka seseorang akan kurang terpicu untuk mengeksplor dirinya.

Langkah ke-dua adalah mengeksplor hal-hal yang kita miliki seperti karakter, kebiasaan, cara, atau bahkan potensi yang bisa membuat kita memiliki suatu keunggulan yang tidak dimiliki oleh orang lain atau paling tidak sulit untuk disamai atau ditiru. Pada tahap ini kita mungkin saja memerlukan bantuan seseorang yang bisa mengamati diri kita dari luar sehingga ia bisa mendeteksi hal-hal yang tidak kita amati atau sadari. Langkah ke-tiga adalah memanfaatkan hal-hal unik yang kita miliki tersebut untuk membantu kita mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam tahap ini kita mungkin memerlukan sedikit penyesuaian atau latihan.

Untuk memahami ketiga langkah tersebut dengan lebih jelas, marilah kita mengikuti pengalaman Thiery Henri, pemain sepak bola asal Perancis yang sempat membela Arsenal dan Barcelona. Pemain yang pernah sukses membawa Perancis juara dunia tahun 1988 dan juara Eropa tahun 2000 ini pernah mengalami kesulitan saat membela klub yang paling lama dibelanya yakni Arsenal. Henri bahkan hampir saja meninggalkan Arsenal lebih cepat karena penampilannya tak kunjung membaik di awal karirnya. Di tengah keputusasaannya, Thiery Henri mendapat nasihat dari Tony Adams, kapten tim Arsenal kala itu. Kepada Henri, Adams mengatakan bahwa Henri lebih tinggi dari striker Arsenal sebelumnya yakni Ian Wright, larinya lebih kencang dan tendangannya pun lebih keras.

Namun mengapa Ian Wright mencetak gol jauh lebih banyak dari Henri. Perkataan Tony Adams tersebut membuat Henri menyadari bahwa ia memiliki keunggulan yang unik. Hal inilah kemudian yang mendorong agar dia mau mengeksplor keunggulan tersebut sehingga bisa dimanfaatkan menjadi sebuah keuntungan. Henri kemudian mencari cara agar ia bisa menjadi pencetak gol yang efektif. Hasilnya, Henri menemukan beberapa trik baru untuk mengelabui lawan dan yang lebih penting, ia menemukan beberapa jurus untuk mencetak gol secara efektif
seperti cara-cara untuk menghindari penjagaan lawan, mendapati ruang kosong, serta menempatkan bola secara akurat di gawang lawan. Proses Henri mencapai conscious of unconscious competence ini kemudian diterapkan dalam permainan di lapangan dimana ia menjadi lebih jeli mencari celah di balik kokohnya tembok pertahanan lawan untuk kemudian secara cerdik menempatkan diri di posisi yang sangat menguntungkan sesuai dengan keunggulan yang dimilikinya lalu selanjutnya secara efektif memanfaatkan setiap peluang yang
ada untuk mengubahnya menjadi gol ataupun umpan manis bagi rekan-rekan satu timnya.

Dengan berhasil mengubah unconscious competence menjadi conscious of unconscious competence, Henri akhirnya bisa menciptakan torehan manis bersama Arsenal. Dari 369 kali penampilannya bersama The Gunners di berbagai ajang, Henri berhasil mengemas 226 gol dan 92 assists. Henri juga menjadi pencetak gol terbanyak di Premier League sebanyak empat kali yakni pada musim 2001-2002 dan tiga kali berturut-turut pada tahun 2003-2004, 2004-2005, dan 2005-2006. Tentu saja Henri juga mempersembahkan gelar juara Premier League bagi Arsenal yaitu pada musim 2001-2002 dan 2003-2004. Selain itu, ia juga mempersembahkan tiga gelar FA Cup dan dua gelar Community Shield. Setelah berpindah ke Barcelona, Henri juga sukses mencetak 49 gol dan 26 assist dari 121 penampilan di berbagai ajang. Bersama Barca, Henri juga mempersembahkan dua gelar La Liga, satu gelar Copa del Rey dan satu gelar Liga Champions. Seluruh torehan manis tersebut diraih karena Henri berhasil mengubah unconscious competence yang dimilikinya menjadi conscious of unconscious competence.

Di sini, mungkin ada baiknya Anda melacak unconscious competence yang selama ini Anda miliki. Hal-hal yang sepertinya sederhana dan Anda bisa lakukan dengan mudah, bisa jadi merupakan sesuatu yang sangat unik dan tidak bisa dilakukan orang lain begitu saja. Bila Anda bisa memanfaatkannya secara efektif, mungkin saja Anda sedang menemukan sebuah unconscious competence yang bisa Anda ubah menjadi conscious of unconscious competence. Bila Anda peka, saat yang sangat menentukan ini bisa Anda alami tanpa harus menantikan suatu keajaiban. Ingat, naskah keramat yang dibuka oleh Po tidak berisi apa-apa. Yang penting adalah keyakinan, eksplorasi dan aplikasi!