Conscious of
Unconscious Competence
“If someone can be conscious of his unconscious
competence, he will be able to utilize it to carry his
missions and achieve his goals ”
Oleh: Jemy V. Comfido
Oleh: Jemy V. Comfido
Judul
artikel ini membingungkan. Sebenarnya arti dari judul ini adalah sadar terhadap
kemampuan yang tidak disadari. Setelah dijelaskan artinya pun, judul ini masih
agak membingungkan. Namun setelah Anda selesai membaca artikel ini nanti, saya
berharap Anda akan setuju bahwa judul di atas memang harus demikian. Pada
tulisan sebelumnya, saya mengajak para pembaca membahas tentang empat tingkat
kesadaran seseorang dalam mempelajari suatu hal. Tingkat pertama adalah
unconscious incompetence yaitu tidak menyadari ketidakmampuan. Tingkat
selanjutnya adalah conscious incompetence yaitu menyadari ketidakmampuan diri.
Setelah itu ada dua tingkatan lagi yaitu conscious competence atau mampu
melakukan sesuatu dengan sadar dan unconscious competence atau mampu melakukan
sesuatu dengan tidak sadar. Seperti telah dibahas sebelumnya, tingkat pertama
merupakan tingkat yang paling sulit dilalui karena seseorang tidak sadar akan
apa yang tidak dikuasainya. Ada satu tingkatan lagi yang sama sulitnya dan bisa
jadi lebih sulit untuk dilalui yaitu conscious of unconscious competence atau
menyadari suatu kemampuan yang selama ini tidak disadari. Nah, marilah kita
sejenak melupakan istilah-istilah yang bikin pusing ini dan membahas sesuatu
yang jenaka.
Bila
Anda pernah menonton film Kungfu Panda, di sana dikisahkan seekor panda lucu
dan gemar makan bernama Po yang sangat ingin belajar kungfu. Alih-alih
menyaksikan kontes para jagoan, Po malah didaulat menjadi Pendekar Naga yang
akan menjadi pendekar tanpa tanding. Pada tahap awal berlatih, Po membuat
gurunya, master Shifu, patah arang. Sampai akhirnya
Shifu
menemukan cara untuk memotivasi Po berlatih yaitu dengan menggunakan makanan-makanan
kesukaan Po. Akhirnya Po pun bisa berlatih dan menjadi pendekar hebat. Namun,
untuk bisa menjadi Pendekar Naga dan mengalahkan Tai Lung, seekor harimau yang
berbahaya, Po harus mempelajari sebuah naskah keramat yang diyakini berisi
jurus pamungkas yang maha
dahsyat.
Alangkah terkejutnya Po dan Shifu karena ternyata naskah tersebut tidak berisi apa-apa
selain bagian mengkilap yang membuat Po bisa melihat bayangannya sendiri.
Setelah tertegun beberapa saat dan cukup lama kebingungan, Po akhirnya
menyadari bahwa naskah itu
ingin
menyadarkan dirinya bahwa ada suatu kelebihan dalam diri Po yang bias membuatnya
menjadi Pendekar Naga.
Kelebihan
tersebut adalah tubuh Po yang gemuk dan terlihat lamban ternyata sangat kenyal
sehingga bisa menyerap energy yang menghantamnya dan sekaligus mengembalikan
energi tersebut menjadi sebuah serangan balik yang tak bias dihindari.
Akhirnya, dengan menggunakan kelebihannya ini, Po bisa mengalahkan Tai Lung
yang perkasa. Tahapan dimana Po menyadari keunggulan dirinya yang bisa
digunakan untuk menghadapi Tai Lung adalah tahapan dimana ia mencapai conscious
of unconscious competence. Pada tahap ini, sesuatu yang selama ini dianggap
tidak bernilai atau bahkan merupakan batu sandungan, ternyata kemudian disadari
bahwa hal tersebut merupakan keunggulan yang tidak bisa ditandingi.
Tantangannya buat kita semua adalah bagaimana menemukan keunggulan yang selama
ini tidak kita sadari sehingga akhirnya bisa kita ubah menjadi keuntungan bagi
kita? Langkah pertama untuk menemukan kemampuan atau kelebihan yang tidak kita
sadari adalah senantiasa meyakinkan diri kita sendiri bahwa kita memiliki keunggulan
yang selama ini tidak kita sadari. Hal ini sama seperti halnya naskah keramat
yang dibaca Po. Naskah tersebut menyarankan agar Po percaya bahwa ia memiliki
keunggulan unik yang tidak dimiliki oleh pendekar lain. Tanpa keyakinan seperti
ini, maka seseorang akan kurang terpicu untuk mengeksplor dirinya.
Langkah
ke-dua adalah mengeksplor hal-hal yang kita miliki seperti karakter, kebiasaan,
cara, atau bahkan potensi yang bisa membuat kita memiliki suatu keunggulan yang
tidak dimiliki oleh orang lain atau paling tidak sulit untuk disamai atau
ditiru. Pada tahap ini kita mungkin saja memerlukan bantuan seseorang yang bisa
mengamati diri kita dari luar sehingga ia bisa mendeteksi hal-hal yang tidak
kita amati atau sadari. Langkah ke-tiga adalah memanfaatkan hal-hal unik yang
kita miliki tersebut untuk membantu kita mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam
tahap ini kita mungkin memerlukan sedikit penyesuaian atau latihan.
Untuk
memahami ketiga langkah tersebut dengan lebih jelas, marilah kita mengikuti
pengalaman Thiery Henri, pemain sepak bola asal Perancis yang sempat membela
Arsenal dan Barcelona. Pemain yang pernah sukses membawa Perancis juara dunia
tahun 1988 dan juara Eropa tahun 2000 ini pernah mengalami kesulitan saat
membela klub yang paling lama dibelanya yakni Arsenal. Henri bahkan hampir saja
meninggalkan Arsenal lebih cepat karena penampilannya tak kunjung membaik di
awal karirnya. Di tengah keputusasaannya, Thiery Henri mendapat nasihat dari
Tony Adams, kapten tim Arsenal kala itu. Kepada Henri, Adams mengatakan bahwa
Henri lebih tinggi dari striker Arsenal sebelumnya yakni Ian Wright, larinya
lebih kencang dan tendangannya pun lebih keras.
Namun
mengapa Ian Wright mencetak gol jauh lebih banyak dari Henri. Perkataan Tony
Adams tersebut membuat Henri menyadari bahwa ia memiliki keunggulan yang unik. Hal
inilah kemudian yang mendorong agar dia mau mengeksplor keunggulan tersebut
sehingga bisa dimanfaatkan menjadi sebuah keuntungan. Henri kemudian mencari
cara agar ia bisa menjadi pencetak gol yang efektif. Hasilnya, Henri menemukan
beberapa trik baru untuk mengelabui lawan dan yang lebih penting, ia menemukan
beberapa jurus untuk mencetak gol secara efektif
seperti
cara-cara untuk menghindari penjagaan lawan, mendapati ruang kosong, serta
menempatkan bola secara akurat di gawang lawan. Proses Henri mencapai conscious
of unconscious competence ini kemudian diterapkan dalam permainan di lapangan
dimana ia menjadi lebih jeli mencari celah di balik kokohnya tembok pertahanan
lawan untuk kemudian secara cerdik menempatkan diri di posisi yang sangat
menguntungkan sesuai dengan keunggulan yang dimilikinya lalu selanjutnya secara
efektif memanfaatkan setiap peluang yang
ada
untuk mengubahnya menjadi gol ataupun umpan manis bagi rekan-rekan satu timnya.
Dengan
berhasil mengubah unconscious competence menjadi conscious of unconscious
competence, Henri akhirnya bisa menciptakan torehan manis bersama Arsenal. Dari
369 kali penampilannya bersama The Gunners di berbagai ajang, Henri berhasil
mengemas 226 gol dan 92 assists. Henri juga menjadi pencetak gol terbanyak di
Premier League sebanyak empat kali yakni pada musim 2001-2002 dan tiga kali
berturut-turut pada tahun 2003-2004, 2004-2005, dan 2005-2006. Tentu saja Henri
juga mempersembahkan gelar juara Premier League bagi Arsenal yaitu pada musim 2001-2002
dan 2003-2004. Selain itu, ia juga mempersembahkan tiga gelar FA Cup dan dua
gelar Community Shield. Setelah berpindah ke Barcelona, Henri juga sukses mencetak
49 gol dan 26 assist dari 121 penampilan di berbagai ajang. Bersama Barca,
Henri juga mempersembahkan dua gelar La Liga, satu gelar Copa del Rey dan satu
gelar Liga Champions. Seluruh torehan manis tersebut diraih karena Henri
berhasil mengubah unconscious competence yang dimilikinya menjadi conscious of
unconscious competence.
Di
sini, mungkin ada baiknya Anda melacak unconscious competence yang selama ini
Anda miliki. Hal-hal yang sepertinya sederhana dan Anda bisa lakukan dengan
mudah, bisa jadi merupakan sesuatu yang sangat unik dan tidak bisa dilakukan
orang lain begitu saja. Bila Anda bisa memanfaatkannya secara efektif, mungkin
saja Anda sedang menemukan sebuah unconscious competence yang bisa Anda ubah
menjadi conscious of unconscious competence. Bila Anda peka, saat yang sangat menentukan
ini bisa Anda alami tanpa harus menantikan suatu keajaiban. Ingat, naskah
keramat yang dibuka oleh Po tidak berisi apa-apa. Yang penting adalah keyakinan,
eksplorasi dan aplikasi!